MAKALAH
STATISTIK DASAR II
DISUSUN OLEH :
IKE TRISNAWATI
DOSEN PEMBIMBING :
Drs. MUNASRILARSYAD
STKIP MUHAMMADIYAH WILAYAH JAMBI
DI SUNGAI PENUH
T.A 2014/2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1.
DUA MACAM
KEKELIRUAN.........................................................................2
2.
LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN HIPOTESIS..............................................3
3.
MENGUJI RATA-RATA µ : UJI DUA
PIHAK....................................................5
4.
MENGUJI RATA-RATA µ : UJI SATU
PIHAK...................................................6
5.
MENGUJI PROPORSI π : UJI DUA PIHAK......................................................7
6.
MENGUJI PROPORSI π : UJI SATU
PIHAK.....................................................8
7.
MENGUJI VARIANS σ2
...............................................................................8
8.
MENGUJI KESAMAAN DUA RATA-RATA : UJI DUA PIHAK............................9
9.
MENGUJI KESAMAAN DUA RATA-RATA : UJI SATU PIHAK...........................9
10.
MENNGUJI KESAMAAN DUA PROPORSI : UJI DUA
PIHAK...........................10
11.
MENGUJI KESAMAAN DUA PROPORSI : UJI SATU
PIHAK............................11
BAB III PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Hipotesis
adalah asumsi atau dugaan yang mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal ituyang sering dituntut untuk melakukan pengecekan. Jika asumsi
atau dugaan itu dikhususkan mengenai populasi, umumnya mengenai nilai parameter
populasi, maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.Kecuali
dinyatakan lain, disini dengan hipotesis dimaksudkan hipotesis statistik.
Demikianlah misalnya, yang berikut dapat dianggap sebagai hipotesis:
a) peluang
lahirnya bayi berjenis laki-laki=0,5
b) 30%
masysarakat termasuk golongan A
c) Rata-rata
pendapatan keluarga disuatu daerah Rp 35.000,00 tiap bulan.
Setiap
hipotesis bisa benar atau tidak benar dan kerenanya perlu diadakan penelitian
sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak
hipotesis dinamakan pengujian hipotesis. Di dalam bab ini, cara
pengujian hipotesis akan dipelajari dan dari hasilnya kes impulan tentang
populasi akan dibuat.
1
BAB II PEMBAHASAN
1. DUA MACAM KEKELIRUAN
Untuk
pengujian hipotesis , penelitian dilakukan, sampel acak diambil, nilai nilai
statistik yang perlu dihitung kemudian dibandingkan menggunakan kriteria
tertentu dengan hipotesis, jika hasil yang didapat dari penelitian itu, dalam
pengertian peluang, jauh berbeda dari hasil yang diharapkan teerjadi
berdasarkan hipotesis, maka hipotesis ditolak. Jika terjadi sebaliknya
hipotesis diterima. Perlu dijelaskan disini bahwa meskipun berdasarkan
penelitian kita telah menerima atau menolak hipotesis. Yang kitaperlihatkan
hanyalah menerima atau menolak hipotesis saja.
Dalam
melakukan pengujian hipotesis ada dua macam kekeliruan yang dapat terjadi,
dikenal dengan nama-nama:
a) Kekeliruan
tipe I: ialah menolak hipotesis yang seharusnya diterima,
b) Kekeliruan
tipe II: ialah menerima hipotesis yang seharusnya ditolak.
Untuk
mengingat hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan tipe kekeliruan, dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini.
Ketika merencanakan suatu
penelitian dalam rangka pengujian hipotesis, jelas kiranya bahwa kedua tipe
kekeliruan itu harus dibuat sekecil mungkin. Agar penelitian dapat dilakukan
maka kedua tipe kekeliruan itu kita nyatakan dalam peluang. Peluang membuat
kekeliruan tipe I biasa dinyatakaan dengan α (baca : alfa) dan peluang
membuat kekeliruan tipe II dinyatakan α, dengan β (baca : beta). Berdasarkan
ini, kekeliruan tipe I dinamakan pula kekeliruan α dan
kekeliruan tipe II dikenal dengan kekeliruan β.
Dalam penggunaanya, α disebut pula taraf signifikan atau taraf
arti sering pula disebut pula taraf nyata. Besar kecilnya α dan β
yang dapat diterima dalam pengambilan kesimpulan bergantung pada akibat-akibat
atas diperbuatnya kekeliruan-kekeliruan itu.
Prinsip demikian memerlukan pemecahaan
matematik yang sudah keluar dari tujuan
buku ini.Karenanya untuk keperluan praktis, kecuali dinyatakan lain, α akan
diambil lebih dahulu dengan harga yang biasa digunakan, yaitu α = 0,01 atau α =
0,05. Dengan α = 0,05 misalnya, atau
sering pula disebut taraf nyata 5%, berarti kira-kira 5 dari tiap 100 kesimpulan
bahwa kita akan menolak hipotesis yang seharusnya diterima. Dengan kata lain
kira-kira 95% yakin bahwa kita telah membuat kesimpulan yang benar. Dalam hal
demikian dikatakan bahwa hipotesis telah ditolak pada taraf nyata 0,05 yang
berarti kita mungkin salah dengan peluang 0,05.
Untuk setiap pengujian dengan α yang
ditentukan, besar β dapat dihitung. Harga (1 – β) dinamakan kuasa uji.
Ternyata bahwa nilai β berbeda untuk harga parameter yang berlainan, jadi β
bergantung pada parameter, katakanlah 0, sehingga didapat β(0) sebuah fungsi
yang bergantung pada 0. Bentuk β(0) dinamakan fungsi operasi, disingkat
C.O., dan 1-β(0) disebut fungsi kuasa.
2
2.LANGKAH-LANGKAH
PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian
hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima hipotesis atau menolak
hipotesis. Jadi dengan demikian terdapat dua pilihan. Agar dalam penentuan
salah satu diantara dua pilihan itu lebih terperinci dan lebih mudah dilakukan
maka akan digunakan perumusan-perumusan seperlunya. Hipotesis yang disini akaan
dinyatakan dengan H supaya dirumuskan dengan singkat dan jelas sesuai dengan
persoalan yang dihadapi. Supaya nampak adanya dua pilihan hipotesi H ini perlu
perlu didampingi pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini yang
merupakan hipotesis tandingan untuk H,
akan disebut alternatif, dinyatakan dengan A. Pasangan H dan A ini, tepatnya H
melawan A, lebih jauh juga menentukan kriteria pengujian yang terdiri
dari daerah penerimaan dan daerah
penolakan hipotesis. Daerah penolakan hipotesis sering pula dikenal dengan
nama daerah kritis.
Kalau
yang sedang diuji itu parameter 0 (dalam penggunaanya nanti 0 bisa rata-rata µ,
proporsi π, simpangan baku Ơ dan lain-lain), maka akan didapat hal-hal:
a) Hipotesis
mengandung pengertian sama. Dalam hal ini pasangan H dan A adalah:
1)
H : 0 = 0₀
A : 0 = 0₁
2)
H : 0 = 0₀
A : 0 ≠ 0₀
3)
H : 0 = 0₀
A : 0 > 0₀
4)
H : 0 = 0₀
A : 0 < 0₀
Dengan 0₀, 0₁ dua harga berlainan yang
diketahui. Pasangan (1) dinamakan pengujian sederhana lawan sederhana sedangkan
yang lain merupakan pengujian sederhana melawan komposit.
b) Hipotesis
mengandung pengertian maksimum. Untuk ini
H dan A berbentuk:
H : 0₀ ≤ 0₀
A : 0 > 0₀
Yang biasa
dinamakan pengujian komposit lawan komposit.
c) Hipotesis
mengandung pengertian minimum.
Perumusan
H dan A berbentuk:
H : 0 ≥ 0₀
A : 0 < 0₀
Ini juga pengujian komposit lawan
komposit.
Pasangan
H₀ dan H₁ yang telah dirumuskan, untuk kita disini dituliskan dalam
bentuk:
3
Langkah berikutnya, kita pilih
bentuk statistik mana yang harus digunkan, apakah z, t, atau lainnya. Harga statistik yang
dipilih, besarnya dihitung dari data sampel yang dianalisis. Kemudian,
berdasarkan pilihan taraf nyata α atau disebut juga ukuran daerah
kritis, kriteria pengujian kita tentukan. Peran hipotesis tandingan H₁
dalam penentuan daerah kritis adalah sebagai berikut.
1)
Jika tandingan H₁ mempunyai perumusan tidak sama, maka
dalam distribusi statistik yang digunakaan, normal untuk angka z, Student untuk
t, dan seterusnya, didapat dua daerah kritis masing-masing pada ujung-ujung
distribusi. Luas daerah kritis atau daerah penolakan pada tiap ujung adalah ½α.
Karena adanya dua daerah penolakan ini, maka pengujian hipotesis dinamakan uji
dua pihak.
Gambar diatas memperlihatkan sketsa distribusi
yang digunakan disertai daerah-daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Kedua
daerah ini dibatasi oleh d₁ dan d₂ yang harganya didapat dari daftar distribusi
yang bersangkutan dengan menggunakan peluang yang ditentukan oleh α. Kriteria
yang didapat adalah terima hipotesis H₀ jika harga statistik yang dihitung
berdasarkan data penelitian jatuh diantara d₁ dan d₂, dalam hal lainnya H₀
ditolak.
2)
Untuk tandingan H₁ yang mempunyai perumusan
lebih besar, maka dalam distribusi yang digunakan didapat sebuah daerah kritis
yang letaknya diujung sebelah kanan. Luas daerah kritis atau daerah penolakan
ini sama dengan α.
Harga d, didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan peluang
yang ditentukan oleh α, menjadi batas antara daerah kritis dan daerah
penerimaan H₀. Kriteria yang dipakai adalah: H₀ jika statistik yang dihitung
berdasarkan sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima H₀.
Pengujian ini dinamakan uji satu pihak tepatnya pihak kaanan.
4
3)
Akhirnya, jika tandingan H₁ mengandung
pernyataan lebih kecil, maka daerah kritis ada diujung kiri dari distribusi
yang digunakan. Luas daerah ini = α yang menjadi batas daerah penerimaan H₀
oleh bilangan d yang didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan. Peluang
untuk mendapatkan ditentukan oleh taraf nyata α.
Gambar
XII(3)
Kriteria yang digunakan adalah : terima H0
jika statistik yang dihitung berdasarkan penelitian lebih besar dari d
sedangkan dalam hal lainnya H0 kita tolak.
Dengan demikian, dalam hal ini kita mempunyai uji
satu pihak, ialah pihak kiri.
Atas dasar hasil pengujian yang dilakukan,
akhirnya kesimpulan dapat dirumuskan.
3. MENGUJI RATA-RATA µ : UJI DUA PIHAK
Umpamakan kita mempunyai sebuah
populasi berdistribusikan normal dengan rata-rata µ dan simpangan baku Ơ . akan diuji mengenai parameter rata-rata µ
Untuk ini seperti biasa diambil sebuah
sampel acak berukuran n, lalu dihitung statistik x dan s. Kita bedakan hal-hal berikut :
Hal. A). Ơ
diketahui
Untuk
pasangan hipotesis {
XII(1)..................
Contoh : untuk contoh dimuka tentang masa
pakai lampu, misalkan simpangan baku populasi tak diketahui, dan dari sampel
didapat s = 55 dan n = 50, didapat :
5
t
=
dari daftar distribusi student dengan
α = 0,05 dan dk = 49 untuk uji dua pihak didapat t = 2,01 kriteria pengujian
terima H0 jika
t hitung terletak
antara -2,01 dan 2,01 sedangkan dalam hal lainya H0 ditolak
penelitian
menghasilkan t = -1,029 yang jelas terletak dalam daerah penerimaan.
Kesimpulan sama
seperti contoh diatas.
4. MENGUJI
RATA-RATA µ : UJI SATU PIHAK
Perumusan yang umum untuk uji pihak
kanan mengenai rata-rata µ berdasarkan H0 dan H1 adalah :
Kita
misalkan populasi berdistribusi normal dan dari padanya sebuah sampel acak
berukuran n telah diambil. Seperti
biasa, dari sampel tersebut dihitung x dan s. Didapat hal-hal berikut :
Hal A). diketahui
Jika simpangan baku untuk populasi diketahui seperti biasa
digunakan statistik z yang tertera dalam rumus XII(1). Sketsa untuk kriteria pengujian seperti
nampak dalam gambar XII(2) ialah menggunakan distribusi normal baku. Batas kriteria, tentunya didapat dari daftar
normal baku. Kita tolak H0
jika z ≥ z0,5 –α dengan z0,5-α didapat dari daftar normal
baku menggunakan peluang (0,5- α) dalam hal lainnya H0 kita terima.
Contoh : proses
pembuatan barang rata-rata menghasilkan 15,7 unit perjam. Hasil produksi mempunyai varians = 2,3 metode
baru disusulakan untuk menggati yang lama jika rata-rata perjam menghasilakan
paling sedikit 16 buah untuk menentukan apakah metode baru dicoba 20 kali dan
ternyata rata-rata perjam menghasilkan lebih dar 16 buah. Apakah keputusan si pengusaha ?
Jawab : dengan memisalkan hasil produksi
berdistribusi normal, maka kita akan menguji pasangan hipotesis :
6
Berarti rata-rata hasil metode baru
paling tinggi 16 jika ini terjadi metode lama masih diperbaharukan
Berarti rata-rata hasil metode
barulebih dari 16 dan karenanya metode lama dapat diganti.
Harga-harga yang perlu untuk
menggunakan rumus XII(I)adalah x= 16,9 buah, n = 20, α = √ 2.3 dan µ0 =
16 buah, didapat :
5. MENGUJI PROPORSI π : UJI DUA PIHAK
Misalkan
kita mempunyai populasi binom dengan proposi peristiwa A = π. Berdasarkan
sebuah sampel acak yang diambil dari populasi itu, akan diuji mengenai uji dua
pihak :
Dengan π0 sebuah harga yang
diketahui. Dari sampel berukuran n itu kita hitung proporsi sampel x/n adanya
peristiwa A. Dengan menggunakan
pendekatan oleh distribusi normal maka untuk pengujian ini digunakan statistik
z yang rumusnya :
XII(3).................................
Kriteria untuk pengujian ini dengan
taraf nyata α adalah terima H0 jika z1/2 (1-α) < z < z1/2(1-α)
dimana z1/2(1-α didapat dari daftar normal baku dengan peluang
½(1-α) dalamhal lainnya hipotesis H0 ditolak.
Contoh
: kita ingin menguji bahwa distribusi jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin
perempuan adalah sama. Sebuah sampel
acak terdiri atas 4.800 orang mengandung 2.458 laki-laki, dalam taraf nyata
0,05 betulkah distribusi kedua jenis kelamin itu sama?
Jawab
: Jika π = peluang terdapatnya laki-laki, maka akan diuji pasangan hipotesis
Dari
rumus XII (3) dengan x 2.458, n = 4.800, dan π0 = ½ di dapat,
7
Angka z dari daftar normal baku dengan
α = 0,05 adalah 1.96jadi kriteria pengujian yang dipakai adalah : terima H0
jika z hitung terletak antara – 1,96 dan
1,96;sedangkan dalam hal lainnya ditolak H0. Harga z = 1.68 ada pada daerah penerimaan H0
sehingga H0 diterima.
Kesimpulan
: peluang adanya laki-laki dan perempuan sama besar
6. MENGUJI
PROPORSI π : UJI SATU PIHAK
Jika yang diuji dari populasi
binom itu berbentuk :
Maka
pengujian demikian merupakan uji pihak kanan.
Untuk ini pun statistik yang digunakan masih statistik z seperti tertera
dalam rumus XII(3). Yang berbeda
hanyalah dalam penentuan kriteria pengujiannya.
Dalam hal ini tolak Ho jika z ≥ z0,5-α dimana z0,5-α didapat dari daftar
normalbaku dengan peluang (0,5-α) untuk <z0,5-α hipotesis H0
diterma.
Contoh :
seorang pejabat mengatakan bahwa paling banyak 60% anggota masyarakat termasuk
golongan A. Sebuah sampel acak telah
diambil yang terdiri atas8.500 dan ternyata 5.426 termasuk golongan A apabila α = 0,01 ,benarkah pernyataantersebut
Jawab : yang akan diuji adalah
7. MENGUJI VARIANS σ2
Ketika
menguji rata-rata µ untuk populasi normal didapatkan hal dimana simapangan baku
σ diketahui. Untuk ini kita misalkan
populasi bedistribusi normal dengan varians σ2 dan daripadanya
diambil sebuah sampel acak berukuran n,
varians yang besarnya s2 dihitung dengan rumus V(5) atau
rumus V(6).
Kita
bedakan dua hal berikut :
Hal A) uji dua pihak
Untuk
ini pasangan H0 dan H1 adalah :
Untuk pengujian ini dipakai statistik chi-kuadrat
(lihat bab x bagian 8)
XII(4) ............................
8
Jika dalam pengujian dipakai taraf nyata σ
maka kriteria pengujian adalah : terima H0 jika x21/2
σ < x2 < x - ½ α
Contoh : dalam bagian 4 bab ini terdapat
contoh soal tentang masa hidup lampu A disitu diambil σ = 60 jam. Dengan sampel berukuran n = 50 didapat s = 55
jam . jika masa hidup lampu berdistribusi normal, benarkah σ = 60 jam dalam
taraf σ = 0.05?
Jawab : untuk menyelidiki benar atau tidaknya
tentang σ, maka kita berhadapan dengan pengujian
Dari rumus
XII(4) dengan n 50 dan s2 = 3.025 maka,
8. MENGUJI KESAMAAN DUA PIHAK RATA-RATA : UJI
DUA PIHAK
Banyak
penelitian yang memerlukan perbandingan antara dua keadaan atau tepatnya dua
populasi. Misalnya membendingkan dua
cara mengajar,dua cara produksi daya sembuh dua macamobat dan lain sebagainya.
Misalkan
kita mempuanyai dua populasi normal masing-masing dengan rata-rata u1
dan u2 sedangkan simpangan bakunya σ1 dan σ2 .secara
independent dari populasi kesatu diambil sampel acak berukuran n1 sedangkan
dari populasi kedua sebuah sampel acak n2
Pasangan
hipotesis nol dan tandingannya yang akan
diuji adalah :
9. MENGUJI KESAMAAN DUA RATA-RATA : UJI SATU
PIHAK
Sebagaimana
dalam uji dua pihak untuk uji satu pihak pun dimisalkan bahwa kedua populasi
berdistribusi normal dengan rata-rata µ1 dan simpangan baku σ1
dan σ2 karena umumnya besar σ1 dan σ2 tidak diketahui
Hal A uji pihak kanan
Yang diuji adalah
9
Dalam hal statistik yang digunakan ialah
statistik t seperti dalam rumus XII(6) dengan s2 seperti dalam rumus
derajat kebebasan untuk distribus t ialah (n1 + n2 – 2) dengan peluang ( 1
– α dan tolak H0 jika t< t1 –α dan tolak H0
jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t
ialah : terima H0 jika (t1
–α ). Jika σ1 ≠ σ2,
maka statistik yang digunakan adalah statistik t seperti dalam rumus XII(8)
dalam hal ini kriteria pengujian adalah : tolak hipotesis H0 jika
Dan terima H0 jika terjadi
sebaliknya, dengan w1 = n1, w2 = /
n2, t1 = t (1 – α ), ( n1 – 1 ) dan
t2 = t ( 1 – α ) , ( n2 – 1 ). Peluang untuk
penggunaan daftar distribusi t ialah ( 1 – α ) sedangkan dk-nya masing-masing (
n1 – 1 ) dan ( n2 – 1)
Contoh : diduga bahwa pemuda senang berenang
. untuk meneliti ini telah diukur 15
pemuda senang berenang dan 20 yang tidak senang berenang. Rata-rata tinggi badanya berturut-turut 167,2
cm dan 160,3 cm. Simpangan bakunya
masing-masing 6,7 cm dan 7,1 cm dalam taraf nyata α = 0,05 dapatkah kita
mendukung dugaan tersebut ?
Jawab : jika distribusi tinggi badannya untuk
kedua kelompok pemuda itu normal dan σ1 = σ 2 maka
statistik t dalam rumus XII(6) dapat digunakan kita punya n1 = 15,x 1
= 167,2 cm s1 = 6,7 cm, n2 = 20, x2 =
160,3 cm dan s2 = 7,1 cm dari rumus XII(7) didapat varians gabungan
Sehingga
statistik t mempunyai harga :
Dari
daftar distribusi t dengan peluang 0,95 dan dk = 33 didapat t0,95 =
1,70
Dari penelitian didapat t = 2,913 dan
ini lebih besar dari t =1,70. Jadi H0
: µ1 = µ2 ditolak, dimana indeks satu menyatakan pemuda
yang senang berenang. Penyelidikan
memberikan hasil yang berarti pada taraf 5%.
Dugaan dimuka dapat di terima.
10. MENGUJI KESAMAAN DUA PROPERSI :
UJI DUA PIHAK
Misalkan
sekarang kita mempunyai dua populasi binom yang didalamnya masing-masing
didapat proporsi peristiwa A sebesar π1 dan π2. Dari populasi kesatu diambil sebuah sampel
acak berukuran n1 dan didalamnya terdapat proporsi peristiwa A
sebesar x1/n1. Dari populasi kedua angka-angka tersebut
berturut-turut adalah n2 dan x2 / n2. Kedua
sampel diambil secara independent. Akan
diuji hipotesis :
10
Untuk ini digunakan pendekatan oleh distribusi
normal dengan statistik :
XII(10)...................
Dengan dan q = 1 – p.
Jika
dalam pengujian ini digunakan taraf nyata α, maka kriteria pengujian adalah :
terima H0 untuk –z1/2(1-α) < z < z1/2(1
– α ) dan tolak H0 untuk harga-harga z lainya.
Seperti biasa, z1/2(1 – α )
didapat dari daftar distribusi normal baku dengan peluang ½ (1 – α ).
Contoh : suatu penelitian dilakukan didaerah A
terhadap 250 pemilih. Ternyata 150 pemillih menyatakan akan memilih calon C. Di
daerah B penelitian dilakukan terhadap 300 pemilih dan terdapat 162 yang akan
memilih calon C. Adakah perbedaan yang
nyata mengenai pemilihan C diantara kedua daerah itu?
Jawab : hipotesis yang akan diuji adalah :
Untuk menggunakan Rumus
XII(10), perlu dihitung dulu dan q = 1 – 0,5673 = 0,4327
Dari rumus XII(10) didapat
Dengan peluang 0,475, dari
daftar distribusi normal baku didapat z0,475 = 1,96
Kriteria
pengujian adalah : terima H0 jika – 1,96 < z < 1,96 dan tolak
H0 dalam hal lainnya. Jelas
bahwa z = 1,42 ada dalam daerah penerimaan H0. Kesimpulan : dalam taraf 5%, penelitian
memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua daerah
itu terdapat pemilihan calon C.
11
11. MENGUJI
KESAMAAN DUA PROPORSI : UJI SATU PIHAK
Untuk uji satu pihak kanan, maka
pasangan hipotesisnya adalah :
Statistik yang digunakan masih berdasarkan pendekatan
oleh distribusi normal, jadi digunakan statistik z dalam Rumus XII(10). Dalam hal ini tolak H0 jika z ≥ z0,5
– α dan terima H0 untuk z < z0,5 – α,
dengan α = taraf nyata.
Apabila
uji pihak kiri, maka hipotesis nol H0 dan tandingannya H1 berbentuk
Dengan statistik yang sama seperti
diatas, tolak H0 untuk z ≤ - z0,5 –α dan terima H0
jika z > z0,5 – α. Untuk kedua-duanya z0,5 – α didapat
dari daftar distribusi normal baku dengan peluang (0,5 – α )
Contoh : terdapat dua kelompok, ialah A dan B,
masing-masing terdiri dari 100 pasien yang menderita semacam penyakit. Kepada kelompok A diberikan serum tertntu
tetapi tidak pada kelompok B. Kelompok B
sering dinamakan kelompok kontrol. Setelah
jangka waktu tertentu terdapat 80 yang sembuh dari kelompok A dan 68 dari
kelompok B. Apakah penelitian ini memperlihatkan
bahwa pemberian serum ikut membantu menyembuhkan penyakit?
Jawab : untuk ini
diperoleh
Sehingga statistik z besarnya :
Jika πA menyatakan
persentase yang sembuh dari kelompok B, maka diperoleh hipotesis
Tolak H0 untuk z ≥
1,64 dan terima H0 untuk z < 1,64 dengan α = 0,05 penelitian
menghasilakan z = 1,94 yang jatuh dalam daerah kritis. Jadi pengujian barangkali berarti (untuk α =
0,01 harga z = 2,33).
Meskipun pada
taraf sekarang kita dapat mengatakan pemberian serum membantu menyembuhkan
penyakit, namun untuk lebih meyakinkan lagi agar penelitian lebih lanjut
dilakukan lagi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. Sudjana, M.A, M.Sc, Metoda
Statistika, 2005. Bandung
Huntsberger, D.V., and Leaverton,
P.E., Statistical Inference in the Biomeical Sciences, Alyn and Bacon, Inc.,
Boston, 1970
Snedecor, G.W., Statistical Methods,
The Lowa State University Press, Ames, lowa, 1964